Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau lebih dikenal dengan saraf kejepit merupakan gangguan pada tulang belakang, lebih tepatnya pada bagian bantalan tulang belakang. “Sebanyak 50 persen orang di dunia pernah mengalami nyeri pinggang bawah atau nyeri tulang belakang, yang merupakan gejala dari saraf kejepit,” tukas dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS.
Ia menambahkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2002, prevalensi nyeri pinggang bawah merupakan tertinggi kedua yaitu sebanyak 18,37 persen setelah nyeri kepala dengan angka 34,eight persen. Penyakit degeneratif yang umumnya menyerang pada usia 41-60 tahun tersebut muncul karena bantalan tulang (diskus) pada daerah tersebut mengalami gangguan sehingga melenceng dari tempat semula dan menekan saraf karena menonjol.
Gejala paling umum dari penyakit tersebut adalah mengecilnya bentuk betis. Selain itu, muncul rasa nyeri seperti ditusuk jarum pada bagian pinggang hingga kaki. Akibatnya, penderita menjadi kesulitan berjalan karena rasa nyeri disertai sensasi terbakar atau mati rasa yang muncul pada daerah saraf terjepit seperti leher atau pinggang bawah.
Dengan demikian, penderita pun tak tahan bila terlalu lama berdiri atau berjalan. Gejala jangka panjang dari masalah saraf tersebut juga berimbas pada saluran kemih. Dimana penderita tak bisa mengontrol buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB). Terlalu lama, atau sebaliknya, tak bisa BAK atau BAB sebelum kantong kemih penuh.
Faktor yang menyebabkan Hernia Nucleus Pulposus
Ada beberpa faktor yang menyebabkan saraf kejepit, selain menuanya usia. Pertama, penggunaan otot punggung yang berlebihan, seperti mengangkat beban yang terlalu berat dengan posisi kurang tepat karena tak terbiasa. “Untuk mereka yang terbiasa bekerja di sawah misalnya, memacul atau mengangkat timbunan padi yang berat adalah hal biasa.
Namun mereka yang tinggal di kota tentu akan keberatan,” dr. Mahdian memberi contoh. Kecelakaan yang menyebabkan trauma juga bisa memicu saraf kejepit .Misalnya kecelakaan kendaraan bermotor atau saat berolahraga, yang langsung berbenturan dengan pinggang.
Obesitas atau kelebihan berat badan juga berperan dalam gangguan saraf satu ini. Pinggang dan lutut yang menopang beban berlebih membuat bantalan tulang bekerja ekstra saat berdiri atau beraktivitas.