Kapan Harus Melakukan Operasi saraf? Ini Yang Harus Kamu Ketahui!

Operasi saraf atau bedah saraf merupakan sebuah prosedur medis untuk mendiagnosis atau mengobati penyakit yang melibatkan sistem saraf. Prosedur ini  bisa dilakukan pada otak, saraf tulang belakang dan syaraf tepi yang berada pada seluruh bagian tubuh, seperti pada wajah, tangan, dan kaki.

Prosedur operasi saraf dilakukan oleh dokter spesialis bedah saraf. Jenis bedahnya yang dilakukan bisa berbeda-beda, bergantung pada penyakitnya setelah dokter mendiagnosis. Cakupan penyakit yang bisa terdiagnosis atau teratasi pun bermacam-macam, mulai dari kelainan kongenital, cedera kepala, tumor, infeksi, hingga stroke.

Kapan seorang pasien perlu menjalani operasi saraf?

Berdasarkan indikasi penyakitya prosedur  ini terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni bedah/operasi saraf: 

– tumor

Merupakan prosedur operasi atau bedah yang bertujuan untuk mendiagnosis dan mengobati  tumor yang berada pada sistem syaraf. Misalnya penyakit meningioma, neuroma akustik, tumor pineal, tumor hipofisis, dan tumor pada dasar tulang tengkorak.

– vaskular

Prosedur ini bertujuan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit saraf akibat kelainan pada pembuluh darah otak. Misanya stroke, aneurisma otak, dan AVM.

– fungsional

Prosedur ini bisa mendiagnosis dan mengobati penyakit saraf akibat kelainan fungsi sistem saraf. Misalnya nyeri tulang belakang, trigeminal neuralgia (TN), penyakit carpal tunnel syndrome, epilepsi, dan juga kedutan wajah (hemifacial spasm).

– traumatik

Berguna untuk mengobati penyakit syaraf otak dan tulang belakang akibat cedera. Misalnya perdarahan otak,  hematoma subdural dan/atau epidural, dan patah tulang belakang.

– pediatrik

Prosedur bedah/operasi saraf untuk menangani penyakit syaraf pada bayi dan anak-anak, misalnya hidrosefalus, tumor otak pada anak, spina bifida, dan kraniosinostosis.

– spinalis

Bertujuan untuk menangani penyakit tulang belakang kronis, seperti tumor saraf tulang belakang, spondilitis tuberkulosis, hernia nukleus pulposus (HNP) atau saraf terjepit, dan kelainan bentuk tulang belakang (misalnya skoliosis, lordosis, atau kifosis).

Baca Juga: Operasi Saraf Kejepit dengan Teknik Bedah Minimal Invasif

 

Perlu setiap pasien dan keluarga ketahui, bahwa setiap jenis prosedur bedah syaraf memiliki risiko untuk menimbulkan komplikasi, baik saat operasi maupun setelahnya. Jadi, sebaiknya tanyakan lebih dulu kepada dokter kemungkinan-kemungkinan apa saja risiko komplikasi yang bisa terjadi. Biasanya ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko tersebut. Namun, dokter tentunya akan melakukan hal yang terbaik untuk pasiennya.

Artikel Terkait