Jika Dibiarkan Nyeri Punggung Bisa Memicu Masalah Kesehatan Serius Lain

JAKARTA — Sebuah penelitian terbaru berhasil menganalisa hubungan antara nyeri sendi dengan peningkatan angka kematian.

Nyeri punggung adalah keluhan yang sangat umum yang menimpa jutaan orang di dunia. Meski umum terjadi namun juga menyebabkan banyak ketidaknyamanan, disabilitas dan hilangnya hari kerja efektif.

Berbagai faktor pencetus kondisinya misalnya cedera, gaya hidup dengan sedikit bergerak, kegemukan, obesitas dan penambahan umur.

The National Institute of Neurological Disorders and Stroke memperkirakan 80 persen dari tiap orang dewasa setidaknya pernah sekali mengalami nyeri punggung.

Survei melalui telepon lembaga tersebut menunjukkan angka kejadian dari nyeri punggung kronis mengalami kenaikan dua kali lipat dalam 14 tahun, yakni antara tahun 1992 dan 2006, dengan paling banyak pengidap adalah wanita.

Nyeri punggung ada dua jenis, akut dan kronis. Nyeri punggung akut bisa bertahan selama beberapa hari atau pekan dan biasanya akan hilang dengan sendirinya. Rata-rata 20 persen pengidap nyeri punggung akut akan berkembang menjadi nyeri punggung kronis.

Nyeri punggung kronis bisa berlangsung sampai 3 bulan atau lebih. Nyeri punggung kronis adalah gejala dari masalah yang lebih serius.

Untuk mengukur efek sakit punggung ini para peneliti dari Boston Medical Center di Massachusetts meneliti efek nyeri punggung pada wanita. Karena ternyata pada rentang usia 40-80 tahun angka kejadian kondisi ini lebih banyak pada wanita dibanding pria.

Studi yang dipublikasikan dalam The Journal of General Internal Medicine ini diikuti 8 ribu wanita yang lebih tua selama rata-rata 14 tahun.

Para ilmuwan melakukan pengukuran awal nyeri punggung dan ditindaklanjuti 2 tahun kemudian. Mereka bertanya kepada peserta tentang kegiatan sehari-hari.  Banyak dari mereka mengalami kesulitan melakukan tugas-tugas seperti berjalan, menyiapkan makanan, dan gerakan berulang.

Segera Konsultasikan Masalah Anda ke Klinik Nyeri

Sekitar 65 persen wanita dengan nyeri punggung persisten sering meninggal selama masa penelitian, dibandingkan dengan 54 persen wanita tanpa nyeri punggung.

Hasil studi baru ini menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan yang kuat antara sakit punggung dan kematian. Meskipun alasannya belum jelas, para peneliti percaya bahwa faktor-faktor lain yang berhubungan dengan sakit punggung dapat berkontribusi pada kematian.

Karena jika tak diobati nyeri punggung bisa menghambat aktivitas sehari-hari. Lalu seiring bertambahnya usia pengidap nyeri punggung mungkin akan menghindari gerakan tertentu karena takut cedera kembali. Padahal pilihan ini ada efek buruknya juga.

Pengidap menjadi kurang gerak dan mengalami peningkatan berat badan dan perkembangan penyakit kronis lainnya yang bisa jadi berujung dengan kematian dini.

Karenanya para ahli mengambil kesimpulan keluhan nyeri punggung sangat disarankan untuk segera dicari solusinya. Lalu manajemen nyeri punggung ini juga harus dilakukan terus menerus untuk mencegah kecacatan permanen, meningkatkan kualitas hidup dan akhirnya memperpanjang usia. (*)

Artikel Terkait