Logo Klinik Lamina Pain and Spine Center

Nyeri Kronik atau Akut, Mana yang Perlu Diwaspadai?

Di dalam dunia kedokteran, nyeri adalah indikator adanya sesuatu yang salah di dalam tubuh. Nyeri Terdiri sendiri terbagi menjadi Nyeri Akut dan Nyeri Kronik. Berdasarkan proses yang mencetuskannya, nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik.

Nyeri nosiseptif adalah nyeri normal yang terjadi akibat kerusakan atau peradangan jaringan. Sedangkan nyeri neuropatik terjadi akibat abnormalitas pemrosesan rangsang saraf. Berdasarkan lamanya, nyeri dapat dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronik.

Nyeri akut adalah adalah sensasi normal yang dicetuskan sistem saraf agar kita menyadari kemungkinan adanya cedera yang memerlukan perawatan. Sedangkan nyeri kronik adalah nyeri yang menetap akibat sinyal nyeri yang terus menerus dikirimkan ke saraf selama beberapa minggu, bulan, bahkan tahun. Nyeri kronik dapat diawali oleh cedera seperti keseleo, infeksi, nyeri sendi, kanker, dan sebagainya, tetapi bisa juga datang tanpa ada penyakit sebelumnya.

Baca juga : Nyeri wajah sebalah

Proses terjadinya nyeri sangat rumit dan melibatkan banyak faktor. Pada nyeri akut, mula-mula jaringan yang rusak melepaskan zat-zat kimiawi yang mengaktifkan reseptor nyeri dan mencetuskan terbentuknya sinyal-sinyal nyeri.

Sinyal nyeri ini kemudian dihantarkan ke sepanjang saraf melalui saraf tulang belakang menuju otak. Secara alami, otak kemudian melepaskan neurotransmitter untuk meredakan nyeri. Sedangkan nyeri kronis seringkali merupakan nyeri neuropatik yang kompleks sehingga lebih sulit diobati.

Penderita nyeri kronik biasanya berasal dari golongan lanjut usia dengan keluhan bervariasi seperti nyeri kepala, sakit pinggang, nyeri lutut yang tidak kunjung hilang meski telah diobati. “Riset yang dilakukan Global Industry Analysts, Inc (2010) menyatakan bahwa ada lebih dari 1,5 juta orang di seluruh dunia yang mengalami nyeri kronik,” jelasnya.

Terapi Nyeri Kronik

Dokter juga dapat merujuk Anda untuk menemui praktisi kesehatan lainnya jika memang diperlukan. Karena hubungan antara tubuh dan otak dapat memengaruhi nyeri yang dialami seseorang, maka Anda juga sebaiknya menemui seorang psikolog.

Saat Anda didiagnosa menderita nyeri kronis, dokter Anda akan melakukan analisis dari uji fisik, kondisi kesehatan, dan riwayat kesehatan Anda. Penyakit atau cedera yang pernah Anda derita di masa lalu akan dianggap sebagai salah satu penyebab dari nyeri yang sedang Anda rasakan.

Setelah seseorang didiagnosis menderita nyeri kronis, Anda dapat membahas metode pengobatan yang paling tepat dengan dokter Anda. Para dokter pada umumnya akan menganjurkan metode pengobatan dengan diminum untuk mengatasi nyeri. Obat-obatan yang diberikan antara lain:

  1. Obat-obatan untuk mengatasi nyeri seperti acetaminophen, ibuprofen dan aspirin; obat-obatan ini harus dikonsumsi dengan hati-hati, karena meskipun dinyatakan cukup aman, penggunaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan efek negatif pada tubuh, seperti kerusakan pada hati.
  2. Antidepresan seperti amitriptylin, imipramin, clomipramin, desipramin, doxepin, dan nortriptylin.
  3. SNRIs atau Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitor (Penghambat Penyerapan kembali Serotonin dan Norepinefrin), termasuk obat-obatan untuk fibromialgia seperti venlafaxin dan duloxetin; obat-obatan ini telah terbukti dalam mengatasi nyeri yang berhubungan dengan saraf meskipun dapat menimbulkan efek samping seperti mulut kering dan daya tampung atmosphere kemih.
  4. Antikonvulsan seperti carbamazepin dan phenytoin, yang umumnya digunakan untuk mengatasi epilepsi; jika obat-obatan ini menimbulkan efek samping, maka obat-obatan seperti garbapentin, pregabalin, dan lamotrigin dapat menjadi alternatif pilihan.
  5. Opioid, seperti kodein, morfin, dan oksikodon, yang tersedia dalam bentuk pil, obat suntik, tanam/cangkok, dan tempelan kulit; patut dicatat bahwa obat-obatan ini memiliki resiko ketergantungan, oleh karena itu tidak disarankan untuk pasien dengan riwayat kecanduan.

Selain obat-obatan tersebut, beberapa prosedur dan teknik yang digunakan untuk mengatasi nyeri kronis antara lain, terapi minimally invasive dengan radiofrekuensi ablasi, hingga pembedahan baik terbuka maupun minimal.

Terakhir diperbarui: 23 Maret 2020
Ditinjau oleh: Dr. Yossi Yudha Satria SpBS

Artikel Terkait