Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu infeksi pada tulang belakang. Penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini adalah penyebab infeksi tuberkulosis (TB/TBC) yang biasanya mengenai paru-paru.
Gejalanya hampir sama dengan TB pada paru, antara lain demam, berkeringat terutama malam hari, penurunan berat badan dan nafsu makan, terdapat massa pada tulang belakang, kifosis, kadang menimbulkan kelemahan tungkai, dan paraplegia.
Spondilitis tuberkulosis atau penyakit Pott ini dapat menjadi sangat destruktif atau menimbulkan kerusakan.
Proses tuberkulosis pada tulang belakang memiliki risiko cukup tinggi dalam meningkatkan kecacatan fisik, kerusakan saraf permanen dan deformitas (kelainan bentuk) tulang belakang.
Spondilitis TB juga memiliki risiko menyebabkan perubahan postur tubuh atau memengaruhi kelengkungan alami tulang belakang yang salah satunya adalah skoliosis. Skoliosis adalah membengkoknya tulang belakang ke kiri atau kanan atau memiliki derajat kemiringan tertentu.
Bentuk dan Gejala Infeksi TB Tulang
Spondilitis TB dapat berasal dari:
– infeksi langsung (primer), yaitu bakteri langsung menginfeksi badan ruas tulang (korpus)
– infeksi tidak langsung (sekunder), yaitu bakteri menyebar secara hematogen (sesuai aliran darah) atau limfogen (sesuai dengan aliran cairan getah bening) dari lokasi infeksi di tempat lain ke korpus tulang belakang.
Kebanyakan spondilitis TB merupakan infeksi sekunder dari paru-paru, tetapi pada beberapa kasus merupakan infeksi primer.
Bentuk kerusakan pada korpus vertebra dapat dibedakan berdasarkan lokasi pada ruas tulang, yaitu sentral (tengah), depan, atau bentuknya bisa berupa campuran.
Gejala TB Spondilitis
Spondilitis tuberkulosis yang cukup kompleks ini dapat menimbulkan beberapa gejala antara lain:
– infeksi,
– keadaan umum yang buruk,
– abses pada tulang belakang,
– nyeri,
– instabilitas tulang belakang,
– fraktur atau patah tulang,
– gangguan pada saraf neurologis,
– deformitas (kelainan bentuk) tulang belakang,
– kifosis atau skoliosis
– masalah sosial, ekonomi, dan psikologis pasien maupun keluarga
Infeksi tuberkulosis dapat menyebar ke tulang belakang dan menyebabkan berkembangnya sel radang. Akibatnya, korpus tulang belakang dapat mengalami perubahan (gibus) yang dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Terbentuknya abses (kumpulan cairan dengan nanah) seringkali terjadi pada tulang belakang dada atau torakalis bagian atas dan tengah, dan tersering pada vertebra torakalis 12.
Ketika abses membesar kemungkinan dapat mendorong atau mendesak ke arah tulang belakang dan bila tidak dilakukan penanganan yang tepat dapat mengakibatkan kelumpuhan kaki atau paraplegia.
Gejala klinis dan pemeriksaan penunjang lainnya (laboratorium, histopatologi dan radiologi) dapat membantu dokter menegakkan diagnosis penyakit ini.
Gejala spondilitis TB adalah menurunnya berat badan, berkeringat malam hari, demam (sore dan malam), batuk (berdahak atau berdarah) lebih dari 3 minggu, nyeri pada tulang belakang dan gangguan neurologis.
Penanganan Spondilitis TB
Penatalaksanaan spondilitis tuberkulosis memerlukan pendekatan secara multidisiplin. Pengobatan awal dimulai dengan obat antituberkulosis (OAT).
Pemeriksaan penunjang radiologi seperti rongen, MRI, CT scan, dengan pemeriksaan mikrobiologi (kultur, baksil tahan asam/BTA), dan laboratorium tuberkulin, serta biomolekuler.
Dokter kemungkinan akan mempertimbangkan tindakan bedah apabila terdapat salah satu atau kombinasi dari beberapa kondisi yang meliputi kerusakan tulang yang cukup berat; abses membesar, pengobatan konservatif yang gagal; deformitas tulang belakang; terganggunya saraf atau neurologis; dan nyeri berat.
Penanganannya ini utamanya untuk membantu menyembuhkan infeksi, menstabilkan tulang belakang, meredakan nyeri, koreksi deformitas dan mengembalikan fungsi tulang belakang.
Dokter akan melakukan anamnesis untuk mengetahui keluhan nyeri pada tulang belakang, gangguan neurologis, deformitas (bongkok, benjolan, atau gibus), dan kelumpuhan.
Bila ada kerusakan tulang belakang yang mengakibatkan menonjolnya bantalan tulang sehingga menjepit saraf, dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan teknologi endoskopi tulang belakang untuk meniadakan jepitan saraf sehingga nyeri dapat mereda.
Keunggulan teknologi endoskopi atau percutaneous endoscopic lumbar discectomy (PELD) ini antara lain lebih cepat pulih, tanpa perlu rawat inap, bekas luka minimal dan hanya 45 menit.
Dokter akan melakukan drainase pada abses karena berpotensi menekan medula spinalis menyebabkan gangguan neurologis.
Drainase ini dapat mencegah perburukan gejala neurologis dan mencegah agar tulang belakang tidak kolaps atau runtuh.