Ablasi Radiofrekuensi, Sembuhkan Nyeri Dalam Satu Kali Terapi

JAKARTA — Nyeri apapun bentuknya dan dimanapun pusatnya memang menyebalkan. Apalagi jika serangannya berulang. Bahkan ada yang telah mencoba berbagai pengobatan tak juga kunjung sembuh. Untungnya di Klinik Lamina Pain and Spine Center, Anda bisa mendapatkan berbagai alternatif pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan Anda seperti ablasi menggunakan radiofrekuensi.

Melalui konsultasi dengan para dokter kami, Anda bisa mendapatkan solusi jitu untuk keluhan nyeri Anda. Anda bisa berkunjung dan menemui Dr. Mahdian Nur Nasution SpBS dan Dr. Yosi Yudha, SpBS untuk pemeriksaan kondisi nyeri Anda. Jika belum cukup yakin Anda bisa menghubungi nomor WhatsApp yang tertera di bawah ini untuk konsultasi gratis.

Bedah syaraf terbuka untuk mengatasi nyeri memang bukan satu-satunya cara, kecuali cara lain tak lagi bisa dilakukan. Di Klinik Lamina yang dulu bernama Klinik Nyeri dan Tulang Belakang dan sudah menyelesaikan puluhan ribu kasus nyeri Anda bisa mendapatkan pengobatan sesuai kondisi nyeri Anda.

Mulai dari terapi dengan obat-obatan untuk kasus paling ringan injeksi intra artikular atau suntikan kortikosteroid untuk mengurangi nyeri, penggunaan laser untuk Percutaneous Laser Disc Decompression (PLDD), endoskopi pada Percutaneous Endoscopy Disc Discectomy (PELD) dan Radiofrekuensi Ablasi (RF).

Radiofrekuensi Ablasi untuk Minimalkan Penggunaan Obat

Mengatasi nyeri memang bisa dengan menggunakan obat. “Tapi ada nyeri yang kompleks, misalnya kanker. Pada umumnya keluhan nyeri akibat kanker diatasi dengan pemberian morfin, tapi sampai batas tertentu pasien menjadi kebal. Rasa nyeri hebat yang dirasakan pasien bisa membuat mereka ingin bunuh diri,” kata Dr Mahdian Nur Nasution, spesialis bedah saraf yang mengomandoi jaringan Klinik Lamina.

Belum lagi efek samping dari penggunaan obat-obatan, sementara untuk melakukan operasi tak semua pasien mau melakukannya kata Dr. Mahdian memaparkan pengalamannya.

Ia menjelaskan, sejak beberapa tahun terakhir ini berkembang ilmu interventional pain management (IPM) yang mempelajari teknik-teknik intervensi dalam menangani nyeri yang sulit diatasi. Nah, salah satu terapi intervensi yang sudah dipakai secara luas di banyak negara adalah Radiofrekuensi Ablasi ini.

Prinsip kerjanya adalah menggunakan aliran listrik yang diproduksi gelombang radio untuk memanaskan bagian saraf tertentu.

“Lapisan pembuluh sarafnya diblok agar tidak bisa lagi mengirimkan sinyal nyeri yang sifatnya kroik dan telah berlangsung lama,” kata Dr. Mahdian. Kelebihan dari terapi ini bisa meningkatkan lingkup gerak tubuh dan meminimalkan penggunaan obat oral.

Penelitian Terbaru Tentang Terapi Ablasi Radiofrekuensi

Sebuah penelitian terbaru mengatakan terapi Radiofrekuensi (RF) dapat bermanfaat besar bagi pasien yang tidak membeli respons terhadap pengobatan standar dan gagal dengan prosedur lain.

Geoff Brockenshire menjelaskan bagaimana tulang panggul dan tulang belakang lumbar merupakan pusat organ yang paling aktif saat kita bergerak. Semua itu kemudian dikawal oleh otot-otot perut yang kita sebut ‘core’. Ketika ada yang bermasalah dengan kondisi saraf di area tersebut RF bisa mengirimkan getaran energi yang mengurangi peradangan pada akar saraf di tulang belakang.

Terapi RF sebenarnya bukan hal baru. Pertama kali disahkan oleh Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1980. Tetapi perkembangan terbaru dalam teknologi medis dapat membuat para ahli dapat menggunakannya dengan akurasi yang lebih besar.

“Saya kagum dengan hasil RF,” kata penulis studi dan ahli radiologi, Dr. Alessandro Napoli. “Terutama setelah membaca penelitian penyakit lumbar dengan herniasi diskus berulang.”

“Pengalaman pribadi saya juga bisa memastikan perawatannya tidak menyakitkan dan cepat,” kata Napoli yang pernah menjadi pasien terapi RF juga.

Napoli adalah profesor radiologi intervensi di Universitas Sapienza di Roma, Italia. Dia dan rekan-rekannya berencana untuk melaporkan hasil penelitian mereka pada pertemuan tahunan Radioligical Society of North America di Chicago. Penelitian seperti ini dianggap masih dini untuk dipublikasikan dalam jurnal.

Non-invasif, Lebih Murah dan Minim Risiko

Terapi standar termasuk obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas, suntikan kortikosteroid tulang belakang, dan / atau pembedahan invasif yang kadang-kadang melibatkan pengangkatan disk dan fusi vertebra.

Meskipun keselamatan operasi telah “Sebagian besar membaik”, Napoli menunjukkan adanya risiko perdarahan dan infeksi, kebutuhan untuk tinggal di rumah sakit minimal dua hari, biaya tinggi, dan fakta bahwa beberapa pasien akhirnya menyadari sedikit manfaatnya.

Sebaliknya, RF bebas sayatan dan tidak memerlukan tinggal di rumah sakit, non-invasif, jauh lebih murah dan tidak terlalu berisiko.

Radiofrekuensi bisa digunakan sebagai pilihan untuk mereka yang telah gagal dengan terapi dan obat-obatan lain. Ini mungkin bisa jadi pilihan yang sama bagi mereka yang tak bisa menerima injeksi steroid, tapi mereka memerlukan penanganan lebih lanjut. (***)

 

Artikel Terkait